Sabtu, 04 Desember 2010

MENYAMBUT TAHUN BARU ISLAM 1432 H

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Hasyr : 18)
Dalam rangka menyambut dan bukan memperingati atau merayakan tahun baru Hijriyah, berikut ini beberapa hal yang hendaknya dilakukan oleh ummat Islam:
Pertama, Kita merasa bangga dengan Islam
Setiap orang Islam senantiasa dengan bangga menunjukkan jati diri keislamannya, antara lain –dalam konteks ini- dengan lebih mengutamakan penggunaan kalender Hijriyah sebagai salah satu identitas ummat pengikut Rasulullah Muhammad shallallahu ’alaihi wasallam.
Katakanlah: "Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka : "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang Islam (yang berserah diri kepada Allah)". (QS. Ali Imran : 64)
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata  : "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang Islam (yang berserah diri)?" (QS. Fushshilat : 33)
Kedua. Sebagai momentum introspeksi diri
Menjadikan fenomena pergantian waktu : siang-malam, hari, pekan, bulan, tahun dan seterusnya yang merupakan salah satu tanda-tanda kebesaran Allah, untuk banyak bertafakkur dan berdzikir mengingatmuroqobah (pengawasan) Allah, dan bukan untuk merayakannya dengan cara-cara yang penuh dengan kesia-siaan, seperti yang biasa kita saksikan pada fenomena penyambutan tahun baru yang lain.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (QS. Ali Imran : 190).
Ketiga. Tidak ada ritual tertentu
Mengingatkan bahwa, berdasarkan sunnah Nabi shallallahu ’alaihi wasallam, tidak ada contoh aktifitas atau praktek ritual tertentu dalam menyambut pergantian tahun. Namun tidak ada salahnya, bahkan sangat baik jika momentum ini digunakan untuk hal-hal bermanfaat yang tidak bersifat ritual khusus, seperti diambil ibrah dan pelajaran darinya, disamping dimanfaatkan untuk muhasabah dan instropeksi diri. Karena setiap muslim harus selalu melakukan muhasabah diri, disamping setiap saat, juga yang bersifat harian, pekanan, bulanan, tahunan dan seterusnya. Umar bin Al Khatthab radhiyallahu ’anhu berkata :
”Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab dan timbanglah amalmu sebelum kamu ditimbang nanti dan bersiap-siaplah untuk hari menghadap yang paling besar (hari menghadap Allah)”, Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah). (QS Al-Haaqqah : 18)
Keempat, Mengambil ibrah / Hikmah
Mengambil ibrah dari semua kejadian dan peristiwa sepanjang tahun sebelumnya, dan tahun-tahun sebelumnya dimana berbagai krisis dan konflik multidimensi, serta musibah dan bencana besar silih berganti telah mengharu biru kehidupan bangsa Indonesia pada umumnya dan ummat Islam pada khususnya. Padahal itu semua hanyalah sebagian saja diantara hak sanksi/hukuman atas fenomena maraknya bermacam-macam kejahatan, kemaksiatan dan penyimpangan yang diperbuat tangan-tangan kotor manusia pendurhaka. Disamping sekaligus peringatan dari Allah agar kita sadar dan kembali kepada-Nya. Maka, marilah kesempatan waktu yang masih diberikan Allah saat ini kita manfaatkan untuk benar-benar tobat dan memperbaiki diri. Dan jangan menunggu sampai Allah mencabut masa penangguhan yang diberikan oleh-Nya atau sampai Dia memberikan peringatan yang lebih keras lagi!!!
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar Rum : 41)
Dan kalau sekiranya Allah hendak menyiksa manusia sesuai dengan perbuatan jahatnya, niscaya Dia tidak akan menyisakan di atas permukaan bumi satupun mahluk melata, akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu; maka apabila datang ketentuan ajal mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya. (QS. Faathir : 45).
Kelima, Momentum berhijrah
Tahun baru Hijriyah mengingatkan kita pada peristiwa hijrah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka marilah kita benar-benar menhijrahkan diri dari segala bentuk keburukan menuju kebaikan, dari kemaksiatan menuju ketaatan, dari kebid’ahan menuju kesunnahan, dari kejahiliyahan menuju totalitas Islam dan dari kegelapan memperturutkan hawa nafsu menuju cahaya terang keikhlasan dalam menggapai ridha Allah. 
المسلم من سلم المسلمون من لسانه و يده و المهاجـر من هـجـر ما نهى الله عنه –  متفق عليه
Orang muslim adalah orang yang tidak mengganggu orang muslim lain baik dengan lidah maupun tangannya, dan orang yang hijrah itu adalah orang yang hijrah meninggalkan hal-hal yang dilarang oleh Allah. (HR. Bukhari dan Muslim)
Keenam, Tingkatkan aktivitas dakwah
Mengingatkan ummat Islam dan masyarakat bahwa, marak dan merajalelanya berbagai bentuk kemaksiatan yang menghancurkan sendi-sendi kehidupan selama ini, tidak terlepas dari fenomena lemahnya semangat dan usaha da’wah serta amar bil ma’ruf wannahi ‘anil munkar di kalangan masyarakat. Padahal ummat ini adalah ummat da’wah, dimana usaha da’wah seharusnya ditunaikan oleh setiap individu muslim sesuai dengan kemampuan masing-masing. Oleh karenanya mari kita tingkatkan aktifitas da’wah yang berorientasi pada pembinaan generasi ummat dan pencegahan serta pemberantasan kemunkaran di muka bumi.
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran : 104).
  من رأى منكم منكـرا فليغـيّـره بيده ، فإن لم يستطع فبلسانه ، فإن لم يستطع فبقلبه ، و ذلك أضعف الإيمان – رواه مسلم
Barang siapa diantara kamu melihat suatu kemunkaran, maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya, jika tidak mampu pula, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman. (HR. Muslim)
Ketujuh, Ingatkan kembali sunnah
Secara khusus kami mengajak seluruh ummat Islam untuk mengawali tahun baru Islam ini –disamping dengan bentuk-bentuk ketaatan lain- dengan memperbanyak puasa dibulan Muharram khususnya pada tanggal 10 dan 9 (’Asyura dan Tasu’a).
 قال رسول الله صلّى الله عليه و سلّم : أفضل الصيام بعد رمضان شهـر الله المحـرم و أفضل الصلاة بعد الفـريضة صلاة الليل –  رواه مسلم
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda : ”sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa bulan Muharram, dan sebaik-baik shalat setelah shalat fardhu adalah shalat malam”. (HR. Muslim)
 سئل رسول الله صلّى الله عليه و سلّم عن صيام يوم عاشوراء فقال : يكـفّـر السنة الماضية – رواه مسلم
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam ditanya tentang puasa hari ’Asyura (tanggal 10 Muharram), maka Beliau bersabda : ”Bisa menghapus (dosa-dosa kecil) satu tahun yang lewat. (HR. Muslim)
و قال رسول الله صلّى الله عليه و سلّم : لئن بقيت إلى قابل لأصومنّ التاسع  –  رواه مسلم
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda : ”Kalau Aku hidup sampai tahun depan, niscaya aku akan puasa pada tanggal 9 (Muharram). (HR. Muslim)

Demikian taushiyah ini disampaikan untuk diperhatikan dan dilaksanakan. Mudah-mudahan Allah SWT mencintai kita, mengumumkan kecintaan-Nya kepada penduduk langit, dan menurunkan kecintaan itu kepada seluruh penduduk bumi. Amiin

و آخـر دعوانا أن الحمد لله ربّ العالمين

Selasa, 30 November 2010

WAHAI PEMUDA…. !!!

Ingat Lima Perkara… Sebelum Lima Perkara……
Sehat… Sebelum Sakit…
Muda Sebelum tua…. Kaya Sebelum Miskin…
Lapang sebelum sempit…
Hidup Sebelum Mati……………….

Assalamu’alaikum WrWb.
Sahabat RKF yang dirahmati Allah SWT, Lirik lagu diatas telah akrab di telinga kita, kita sering mendengarnya baik di radio, kaset maupun televisi. Jika kita perhatikan Lirik tersebut berisi pesan Nabi Muhammad SAW untuk senantiasa kita mempergunakan lima kesempatan yang telah Allah berikan kepada kita sebelum datangnya yang lima kesempitan (uzur), yakni masa mudamu sebelum datang tuamu, masa sehatmu sebelum datang sakitmu, masa kayamu sebelum datang miskinmu, masa hidupmu sebelum datang matimu, waktu luangmu sebelum datang kesibukanmu. (Hadist dari Ibnu Abbas RA Riwayat Al Hakim).

Kecenderungan hidup santai adalah satu bentuk aktivitas pemuda, oleh karena itu, Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Ada dua nikmat di mana manusia banyak tertipu karenanya, yaitu kesehatan dan kesempatan. (HR. Bukhari).

Pemuda dengan tenaga yang masih segar ditambah semangat yang menyala adalah beruntung jika potensinya itu digunakan untuk mengabdi kapada Allah SWT : “Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS. Muhammad : 7)

Tujuh orang yang akan dilindungi Allah dalam lindungan-Nya pada hari yang tidak ada perlindungan selain perlindungannya. (satu di antaranya ialah) pemuda yang sejak kecil selalu beribadah kepada Allah. (HR. Syaikhani)

Mungkin sebelumnya kita membayangkan bahwa sahabat-sahabat Rosulullah SAW semuanya sebaya dengan Rosul SAW. Tetapi jika kita perhatikan siroh sahabat, banyak sekali sahabat-sahabat yang usianya masih sangat muda. Justru dalam usia yang sangat muda itulah, gemblengan Rasulullah saw telah mampu memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap Islam ; Umar bin Khattab 27 tahun, Zaid bin Haritsah 20 tahun, Saad bin Abi Waqash 17 tahun, bahkan Ali Bin Abi Thalib 8 tahun. juga Abdullah bin Abbas atau dikenal dengan ibnu abbas, ketika Rosulullah wafat ibnu abbas baru berusia 13 tahun.

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah” (QS. Ali Imran : 110)

Sabda Rasulullah : “Perjuangan Aku didukung oleh pemuda, oleh sebab itu wasiat yang baik untuk mereka”.

KONTRIBUSI DAN PERANAN PEMUDA DALAM ISLAM Menurut Hasan Al-Banna, perbaikan suatu umat tidak akan terwujud kecuali dengan perbaikan individu, yang dalam hal ini adalah pemuda. Perbaikan individu (pemuda) tidak akan sukses kecuali dengan perbaikan jiwa. Perbaikan jiwa tidak akan berhasil kecuali dengan pendidikan dan pembinaan. Yang dimaksud dengan pembinaan adalah membangun dan mengisi akal dengan ilmu yang berguna, mengarahkan hati lewat do’a, serta memompa dan menggiatkan jiwa lewat instropeksi diri.

Dr. Syakir Ali Salim AD berpendapat, pemuda Islam merupakan tumpuan umat, penerus dan penyempurna misi risalah Ilahiah. Perbaikan pemuda berarti adalah perbaikan ummat. Oleh karena itu, eksistensinya sangat menentukan di dalam masyarakat.

Beberapa ulama menggolongkan peranan pemuda Islam seperti di bawah ini :

1. Pemuda sebagai Generasi Penerus  ”Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun pahala amal mereka.” (QS. Ath-Thur : 21)

2. Pemuda sebagai Generasi Pengganti  ”Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintainya “ (QS. Al-Maidah : 54)

3. Pemuda Sebagai Generasi Pembaharu (Reformer) atau AGENT  OF CHANGE… ”Ingatlah ketika ia (Ibrahim-pen) berkata kepada bapaknya : wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong sedikitpun” (QS. Maryam : 42)

Perbedaan jarak dan waktu bukan alasan bagi kita untuk menjadi generasi yang lemah. Contoh saja Yahya Ayyash, Imad Aqil, Izzudin Al Qasam, dan pemuda-pemuda Palestina lainnya, berkat ketangguhan, kesungguhan dan kedekatannya dengan Allah menjadikan mereka seorang mujahid muda Begitu juga dengan pemuda lainnya di berbagai tempat dan zaman.

TUGAS KITA…….
Tugas kita sekarang adalah bagaimana menciptakan generasi muda yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungan sekitar, minimal tidak jadi beban bagi orang lain. Kita bisa memulainya dengan membina anak-anak dan remaja disekitar rumah kita, lingkungan kampus dan lingkungan kerja.

Upayakan mereka bisa memaksimalkan potensi yang mereka miliki, sebagaimana salah satu Motto Rumah kreatif untuk para Remaja “ Maksimalkan Potensi,.. Raih Prestasi..
Today Must Be Better………………. Wallahu a’lam 

Minggu, 28 November 2010

Wasiat Dahsyat Penolak Kefakiran

Islam itu sangat solutif, berbahagialah bila engkau seorang muslim, apalagi seorang muslim itu adalah enterpreuner (red. Pengusaha), kalaulah dia yakin akan jalannya, untuk berjihad di dunia melalui bisnis, tentulah dia memiliki dua ujung mata pedang dalam langkah perjuangannya, yaitu pertama : Ikhtiar yang sungguh sungguh dalam menjemput rezeki, dan kedua : Kekuatan amalan ibadah dan doa. Kedua mata pedang tersebut saling menguatkan, kedua mata pedang tersebut menambah kekuatan keyakinan hamba atas kekuasaan Yang Maha Kuasa. Logika bisnis dan usaha kadang-kala menjadi terbalik, bahkan hasil yang di raih pun seringkali ilmu matematika ataupun indikator ekonomi tak mampu menjangkau.

“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak ada seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS 35:2)
“Katakanlah: Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang di kehendaki Nya di antara hamba-hambaNYA dan menyempitkan bagi (siapa yang di kehendakiNya). Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi Rezeki yang sebaik baiknya” (QS 34:39)
Pada saat krisis tiba, niscaya mereka para pribadi muslim haruslah merasa yakin dan tetap tenang. Mereka tidak gundah atas berita yang beredar di media masa, mereka tidak turut serta menggaungkan senandung yang sama dengan kaum yang lain , mereka punya sikap yang unik dan berbeda dengan kaum yang lain, alasannya karena mereka punya keyakinan yaitu mereka memiliki ALLAH, PEMILIK SEGALA KEPUTUSAN, PEMBERI REZEKI.
Seringkali ummat islam terlupakan adanya kekuatan ujung mata pedang yang kedua ini yaitu kekuatan amalan ibadah dan doa , sebahagian ummat islam sekarang cenderung mengikuti pola manajemen barat yang serba ‘sebab akibat’ secara rasional, yang tentunya paham barat tersebut telah nyata melupakan faktor Tuhan sebagai Penentu. Walaupun sebagian mereka berhasil dalam usahanya, maka hasil kerja yang di dapat paling tidak hanya memperbanyak digit nilai materi saja, dan hampa dalam nilai keimanan serta berpeluang hilang keberkahannya, ketahuilah bila niat dan hasilnya dasarnya sudah menyimpang , hasil itu semua kelak akan nihil di hadapan Allah.
Rugi sekali bagi seorang muslim, apalagi kalangan pengusaha muslim khususnya, bila meninggalkan kekuatan yang satu ini, mereka punya Allah, mereka punya peluang doanya terkabul, mereka memiliki kesempatan yang lebih baik di banding orang kafir, kenapa kita harus tunduk kepada yang lainnya, bahkan melemahkan diri?
Banyak sekali hadist Nabi maupun kisah sahabatnya yang memberikan gambaran bagaimana seorang muslim berdoa, kesemuanya merupakan karuniaNYA agar ummat islam khususnya para pengusahanya agar memiliki pegangan dan panduan dalam melangkah di kehidupan dunia ini, menjadi pengelana yang tak akan tersesat di antara ujian kehidupan berupa kelapangan maupun kesempitan.
…………
Adalah Abdullah bin Mas’ud , salah seorang sahabat dekat Rasul SAW. Di masa Khalifah Usman bin Affan, dia menderita sakit dan terbaring di atas tempat tidurnya, Khalifah usman menjenguknya dan menyaksikan Abdullah bin Mas’ud dalam keadaan sedih.
Usman : “Apa yang membuatmu sedih?”
Abdullah : “Dosa dosaku”
Usman : “Apa yang engkau inginkan dariku, aku akan penuhi?”
Abdullah : “Saya merindukan rahmat Allah”
Usman : “Jika engkau setuju, aku akan memanggilkan tabib”
Abdullah : “Tabib hanya membuatku sakit”
Usman : “Jika engkau tak keberatan, aku akan perintahkan bendaharaku untuk memberimu harta dari baitul mal”
Abdullah : “Ketika aku amat membutuhkannya, engkau tak memberiku sesuatu, dan sekarang tatkala aku sama sekali tak membutuhkannya, engkau hendak memberikan sesuatu!”
Usman : “Pemberian itu juga hadiah untuk putri putrimu”
Abdullah : “Mereka juga tak membutuhkan sesuatu, karena aku telah berwasiat kepada mereka untuk membaca surat Al Waqi’ah setiap malam, aku mendengar Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang membaca surat Al Waqi’ah setiap malam, maka dia tidak akan tertimpa kefakiran”
Nah, saudara muslimku, informasi ini sudah sampai kepada anda semua, jangan di sia-siakan , mari kita lakukan amalan ini, Insha Allah, kita mampu untuk tetap tegar dalam menghadapi ujian kehidupan ini dan niscaya Insha Allah, kefakiran pun tak akan hadir di hadapan kita semua. Dan berilah wasiat yang sama kepada orang orang yang anda cintai, agar mereka bisa seberuntung seperti yang di sabdakan Rasul SAW di atas. Amin.
mmnasution@eramuslim.com

Sabtu, 27 November 2010

Hikmah Dibalik Ibadah Qurban…!!!


Sahabat – Sahabat RKF sekalian yang dirahmati Allah SWT, tak terasa hari demi hari, bulan demi bulan telah mengantarkan kita kembali ke bulan Dzulhijah yang sebentar lagi akan kita jumpai insyaallah. Sebagai seorang muslim kita berusaha untuk bisa menunaikan berbagai macam ibadah dibulan dzulhijjah tersebut, baik ibadah haji maupun ibadah qurban. Mari kita telaah apa hukmah dibalik ibadah qurban tersebut. Ibadah qurban merupakan pendidikan keikhlasan dalam beramal. Seorang Muslim yang berqurban pada setiap tahunnya berarti ia telah melakukan sebuah latihan beramal yang diliputi oleh rasa ikhlas. Ikhlas dalam beramal merupakan salah satu kunci dalam beribadah qurban, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabiullah Ibrahim a.s.

Teladan Nabiullah Ibrahim a.s adalah merupakan sebuah contoh yang sangat monumental yang patut ditiru oleh generasi Muslim sepanjang zaman. Perjuangan dan pengorbanan Nabi Ibrahim a.s serta putera beliau Nabi Ismail a.s. yang berjuang menaklukkan godaan syaitan. Syaitan membujuk mereka supaya mengurungkan perintah Allah dengan tidak perlu menyembelih putera tersayang Ismail yang remaja belia yang diharapkan menjadi pengganti dan penerus cita-cita menegakkan dan mendakwahkan kalimat tauhid yang menjadi inti aqidah Islam.

Sejarah Nabi Ibrahim sudah seharusnyalah kita ketahui bersama dalam rangka memetik hikmah dari tauladan yang ditampakkan beliau. Sejarah yang paling penting yang patut kita contoh yakni sejarah kehidupan beliau bersama anaknya Ismail. Ketika Nabi Ibrahim menyampaikan titah ilahi yang disampaikan melalui mimpi, Nabi Ibrahim a.s.berkata “wahai anakku tercinta, sesungguhnya aku bermimpi di saat tidur, bahwa aku diperintah Allah menyembelihmu. Maka renungkanlah bagaimana pendapatmu tentang perintah Sang Maha Pencipta ini?” Ismail yang masih remaja menjawab dengan suara yang mantap, sebagaimana tersebut dalam firman Allah surah Ash-Shaff:102 yang artinya “wahai ayahanda tercinta, laksanakanlah perintah Allah itu, Insya Allah ayahanda menyaksikanku termasuk orang-orang yang sabar.” Tidak mudah menyakini sebuah perintah melalui sebuah mimpi, apalagi iblis datang menggoda dalam upaya menggagalkan perintah tersebut. Namun petunjuk Allah jua yang menyebabkan keluarga Nabi Ibrahim a.s ini yakin seyakin-yakinnya akan kebenaran perintah ini datangnya dari Allah SWT.

Kalau bukan karena kecintaan Allah SWT dan keyakinan yang mendalam atas keagungan dan kebesaran serta rahmatNya, maka mustahil seseorang mampu mengorbankan sesuatu yang berharga yang merupakan milik satu-satuya yang dimilikinya. Inilah puncak kecintaan dan ketulusan kepada Allah, yang sekaligus merupakan bukti nyata Nabi Ibrahim a.s yang telah benar-benar lulus menghadapi ujian yang sangat serius dari Allah. Kenyataan ini menjadi contoh teladan yang baik sekali bagi manusia dan kemanusiaan yang secara fitrah manusia itu cenderung kepada penghambaan diri hanya kepada Allah, yang dimanifestasikan dalam bentuk ibadah . Karena untuk kepentingan beribadah itulah manusia itu diciptakan oleh Allah. Dan dengan jiwa keibadahan itulah manusia mampu mencapai kesucian jiwa.

Keberibadatan kita sebagai manusia tidaklah semata-mata dicapai dengan ibadah makhdah. Ibadah juga terkandung makna hubungan yang sangat erat dengan manusia dan kemanusiaan. Atau bahkan juga hubungan dengan lingkungan. Itulah yang dengan secara gamblang diisyaratkan oleh Allah dalam Al Quran surat Ali Imron:122 yang artinya “mereka diliputi kehinaan dimanapun mereka berada, kecuali jika mereka berpegang pada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia”.

Dari ayat di atas Allah SWT mengajarkan kita bahwa dalam pengagungan dzat Allah terletak kemuliaan dan kebahagiaan manusia. Bukan hanya kemuliaan dan kebahagiaan di akherat yang kekal abadi, yang untuk itu setiap mukmin diperintahkan untuk menyiapkan diri. Ibadah qurban mengisyaratkan kepada kita bahwa kemampuan untuk berkorban sebagaimana yang diteladankan oleh keluarga Ibrahim a.s. Benar-benar untuk merealisasikan suatu perhatian manusia dan kemanusiaaan dengan saling tolong-menlong diantara sesama.

Dari tulisan ini setidaknya dapat menyimpulkan beberapa hal, yang perlu kita sama2 pahami

1.      keikhlasan dalam beribadah merupakan hal yang sangat esensial. Tanpa keikhlasan ibadah akan sia-sia belaka. Bagi mereka yan g berqurban tahun ini atau mungkin tahun-tahun sebelum dan akan datang, maka seyogyanyalah senantiasa ikhlas, agar amal tidak sia-sia.

2.      Kecintaan kita kepada Allah hendaknya melebihi segalanya. Jangan sampai karena anak, istri (wanita), harta dan jabatan membuat kita lupa kepada Allah, atau ingat akan tetapi tidak dinomorsatukan. Ini memang berat, tapi jika kita mampu, maka Allah SWT akan membalasNya dengan sesuatu yang besar pula –artinya Allah Maha adil.

3.      Kepatuhan seorang anak terhadap orang tuanya adalah merupakan hal yang sangat penting. Begitu pentingnya, sehingga Allah SWT memperlihatkan kepada kita sebuah pemandangan yang sangat indah, yakni sejarah penyembelihan orang tua terhadap anak kandungnya sendiri, yang mana sang anak “memperlihatkan” ketaatannya kepada kita semua.
Pada masa Sekarang ini, rasanya sangat sulit menemukan orang yang bermental sebagaimana yang diperlihatkan Nabi Ismail a.s. Yang ada yaitu adanya sebagian anak justru tega mendzalimi kedua orang tuanya, mengambil harta orang tuanya, membohongi dan seterusnya –walaupun masih banyak pula insyaallah anak yang taat dan berbakti. Oleh karena itu , tugas kita para pendidik terutama para orang tua untuk tetap istiqomah mencetak generasi-generasi Robbani dan qur’ani. Selain itu ibadah qurban merupakan ibadah sosial untuk berbagi kepada sesama, menyantuni fakir dan miskin, khususnya bagi mereka yang hampir sepanjang tahunnya tidak mampu menikmati daging. Berqurban berarti ikut membantu beban penderitaan orang lain yang lagi kesusahan. Mungkin saatnyalah kita senantiasa berempati kepada sesama agar hidup ini penuh berkah. Amin, Selamat menunaikan ibadah qurban dan ibadah haji semoga menjadi haji yang mabrur serta selamat Hari Raya Idul Adha 1431 H. Wallahu a’lam bishshawab.